Pasar tradisional sudah tidak patut dipertahankan, dengan alasan relokasi kebakaran menjadi solusi. Api yang membara melalap lapak-lapak tua yang memang tinggal sedikit umurnya, sedangkan ajal siap merengutnya.
Kalau kita kembali mengingat tanggal26 Juli 2007 Surabaya digamparkan peristiwa terbakarnya Pasar Turi yang menjadi pusat grosir di Jawa Jimur. Sebelum kebakaran sudah berdiri lebih dulu bangunan yang lebih besar yang memang disiapkan untuk relokasi pedagang Pasar Turi. Namun beberapa pedagan menolak karena tingginya harga sewa yang mencekik leher pedagang.
Sebelunya kita juga tidak bloeh melupakan terbakarnya Pasar Wonokromo yang sekarang menjadi DTC (Darmo Trade Center), Wijaya shopping center dan pasar Kapas Krampung. kebakaran memang menjadi trend untuk memindahkan pedagan ketempat yang baru. Siapapun tidak menolak relokasi asalkan harga yang ditawarkan tidak memberatkan pedagang.
Sebentar lagi PD Pasar Surya akan memindahkan pedagang yang ada di Pasar Keputran. Pedagang di Pasar Keputran memang semakin menjamur di beberapa tempat seperti di jembatan dekat Indosat dan Jalan Irian Brat. Selain itu PD Pasar surya juga akan membuat wajah pasar Bungga kayon menjadi dua wajah yaitu menghadap ke timur yaitu sungai dan menghadap ke barat yaitu jalan.
Relokasi Pasar keputran tidak gampang, pedagang angan pindah ketempat yang lebih jauh dan kurang strategis, begitu juga pedagang Pasar Bungga Kayon memelih bertahan dengan pasar tradisional dari pada pasar yang baru yang harganya tidak terjangkau oleh pedagang yang ada saat ini.
Apa yang akan terjadi apabila pedagang di kedua pasar bertahan?, apakah kebakaran kembali menjadi jawapan seperti saudara-saudara mereka yaitu pasar Turi, Wonokromo, Wijaya shopping center dan pasar Kapas Krampung?. Kita tinggal menunggu jawaban beberapa tahun lagi, Kita berharap jawaban yang ebih bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar