Deklarasi kebangsaan di diikuti sekitar 7.000 undangan yang mengahadiri acara Gebyar Budaya dan Doa Bersama di Gedung Sibec ITC Surabaya pada Rabu malam (27/5). Pembacaan deklarasi di pimpin oleh sutradara Jonathan Crist Wibisono dan Sekertaris Umum Gebyar Budaya dan Doa Bersama Gus Sholleh Marjuki.
Deklarasi tersebut menggajak seluruh warga Negara Indonesia bersatu dan menyatakan, bersehati dengan segenap jiwa dan raga berani membela keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bersatu dan rukun menjaga kelestarian Keberbagian ragam suku dan budaya. Bertekad memandu negeri suci yang bebes dari segala penindasan , kemiskinan, dan kebodohan untuk menuju Indonesia yang perkasa dan penuh damai serta sejahtera.
Ketua Panitia Hanna Amelia Vandayani Ananda mengatakan, Kebangkitan Nasional sudah memasuki abad ke-dua yaitu 101 tahun. Seratus tahun yang lalu pemuda-pemudi sudah mendeklarasikan kebangkitan nasional dan terus berkelanjutan dengan lahirnya Sumpah pemuda pada 1928 dan Proklamasi Kemerdakaan pada1945.
Sumpah Pemuda pada saat itu dilakukan oleh pemuda-pemudi dari berbagai suku, adat dan agama yeng bertekad bertanah air satu tanah air Indonesia. “Walaupun mereka berbeda tapi mengaku bertanah air satu dan berbangsa satu yaitu Indonesia,” katanya. Semangat nasionalisme ditenggah perbedaan saat itu menampilkan kekuatan sehingga tercapainya kemerdekaan pada 1945.
Ia menjelaskan, setelah Sumpah Pemuda Indonesia lahir dalam kebenekaan namun tunggal eka yang berlandasakan Pancasila. Hal ini dapa mengayomi seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pancasila Ketuhana yang maha esa ada sila pertama yang melandasi kegiatan Gebyar Budaya dan Doa Bersama ini.
Indonesia saat ini sudah 64 tahun merdeka, namun masih ada penjajahan yaitu kemiskinan dan kebodohan. Deklarasi ini untuk memacu semangat untuk menguranggi kemiskinan dan kebodohan. ”Kemerdekaan yang sudah kita didapatkan itu mahal, namun kita belum melakukan apa pun untuk kemerdekaan,” ujarnya.
Doa bersama ini memiliki empat hal yang ingin di capai, yaitu memperinggati kebangkitan nasional, ulang tahun Surabaya, hari lahirnya pancasila dan Pimilihan presiden pada 8 Juli mendatang.
Diharapkanya setiap warga Negara mengunakan hak pilihnya, kerena suara setiap warga menentukan nasip bangsa ini lima tahun ke depan. Setiap warga negara harus mengunakan hak pilihnya dan menerima jika pasangan Capres dan Cawapres yang dipilihnya kalah dalam Pilpres mendatang. warga negara harus menerima jika pasangan Capres dan Cawapresnya kalah kerena yang menang itu dadalah pilihan banyah orang,” tuturnya.
Malam deklarasi kebangkitan sarat dengan kebudayaan Bangsa Indonesia. Barbagai kesenian seperti lagu dan tarian mewarnai Gebyar Budaya dan Doa bersama umat lintas agama. Pada awal acara lagu-lagu kasidah dan sholawat badar menyambut undangan yang hadir pada malam itu.
Tidak hanya seniman, anggota TNI dari Cor Musik Kodikal juga menunjukan kepiawaianya dalam seni. Pembacaan Pancasila dan U-U Dasar 1945 di ikuti seluruh undangan yang hadir. Ada tari dan lagu rohani dari dari masing-masing agama seperti gelar Budaya Hindhu dari PHDI, lagu pujian Kristen denga tari Tamborin, sendratari dari padepokan gunung tengger, barongsai dan lagu gebyar-gebyar oleh kelompok keroncong Klagenan 13. (oby)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar