Rabu, 10 Juni 2009

GUBERNUR: REFLEKSI KEBENGKITAN KESEJATERAAN MENINGKAT

Gubernur Jatim Dr Soekarwo SH MHum mengatakan, refleksi kebangkitan nasional harus disertai kesejahteraan masyarakat. Hal ini dikatakan seusai ziarah di Makam Dr Soetomo (Bung Tomo) dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional di Makam Taman Pahlawan Bubutan Surabaya. Rabu (20/5).

Menurutnya, ada dua refleksi kebangkitan yaitu refleksi masa lalu dan melihat masa depan untuk mengisi kemerdekaan. Dalam mengisi kemerdekaan disertai pengembangnan ilmu teknologi.

Kepala Balibang Depkominfo Pusat Aizirma Djusman mengatakan, dalam rangka menyambut kebanhgkitan nasional pemerintah sedang melakukan uji coba migrasi tv analog ke tv digital. Uji coba akan dilakukan selama satu tahun dan dilakukan secara berrtahap. Menurutnya tv yang sudah siap bisa mengunakan fasilitas tv digital dan dimulai dari tv-tv nasional.
Sementara itu Menurut Prof Sutandyo dosen Universitas Airlanga Surabaya pada Rabu (13/5) di kantornya mengatakan , tugas pahlawan pada waktu itu sudah selesai, sekarang generasi muda sebagai penerus harus mampu mereaktualisasinya dengan kegitan nyata.

Kebagkitan nasional bukan untuk melihat masa lalu, melainkan melihat masa depan. Generasi muda seharusnya tidak lagi melihat kebangkitan nasional pada 1908, melainkan melihat kebangkitan yang akan datang.

Untuk mewujudkan nilai-nilai kebangkitan nasional itu bisa melalui berbagai proses. Antara lain melalui bidang edukasi, sosialisasi dan pemahaman-pemahaman tentang nilai kebangkitan nasional. Bangsa Indonesia harus dapat keluar dari sikap menggungulkan bangsanya sendiri dan memandang remeh bangsa lain atau chauvinisme. Semangat humanisme dapat menjadikan rakyat Indonesia menghargai bangsa lain. “Dunia ini bukan hanya milik kita namun milik semua manusia yang ada di dunia,” katanya

Untuk mewujudkan ajaran kebangkitan nasional sekarang ini, kata Sutandyo, yakni dengan cara menyadarkan masyarakat bahwa ada hak asasi manusia dan bukan hanya hak asasi warga negara saja. Tidak ada pembedaan ras atau suku untuk melindungi warga negara. Bahkan warga negara asing pun berhak mendapatkan perlindungan seperi layaknya warga negera. "Memberikan perlindungan warga asing berarti memberikan haknya sebagai manusia untuk mendapatkan perlindungan," kata Dosen berusia 77 tahun ini.

Tidak hanya itu, supaya dapat mewujudkan kebangkitan nasional harus dapat meninggalkan rasa takut dan anti terhadap orang asing. Rasa takut dan menutup diri dari dunia luar sudah tidak sesuai dengan semangat kebangkitan nasional saat ini. Namun menurut dia, kini anak-anak muda sudah dapat terbuka dengan orang asing.

Kecenderunagn takut pada orang dapat menghabat terwujudnya nilai-nilai kebangkitan nasional. Rakyat bangsa ini harus dapat menghilangkan anggapan bahwa orang asing sebagai penjajah. "Sekarang ini jamanya sudah berubah harus dapat meninggalkan paradikma bahwa orang asing datang untuk menjajah," katanya.(oby)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar