Minggu, 24 Januari 2010

UNEJ DIRIKAN PUSAT PELATIAN KEBENCANAAN

Universitas Negeri Jember (Unej) mendirikan Pusat Pelatian Kebencanaan bartepatan dengan dies natalis atau ulang tahunnya yang ke-45 Kamis, (4/6). Rektor Unej Dr Ir Tarsicius Sutikno MSc saat meresmikan Pusat Pelatian Kebencanaan mengatakan, adanya bencana pasti ada ilmu yang dapat dikembangkan.
Pengembangan pelatiaan ini Unej berkerjasama dengan Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB). Diharapkan Pusat Pelatian Kebencanaan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kepala BNPB Dr Syamsul Maarif MSi mengatakan, menangulangi bencana dimulai dari diri sendiri. Untuk itu peran perguruan tinggi dan universitas dalam penangulangan bencana sangat fital. BNPB juga menjalin kerjasama dengan ITB dan ITS.
Kawasan Indonesia yang masuk dalam wilayah cincin api (ring of fire). Kawasan ini membentang melingkar mulai perairan dan daratan Jepang, memutar searah jarum jam ke Australia, Papua Nugini, Timor Leste, Kepulauan Nusantara, dratan Asia hingga kembali ke Jepang.
Bencana yang berpotensi di wilayah ini yaitu, tanah longsor, banjir, angin putting beliung, badai gurun, badai salju, tornado, kebakaran hutan, letusan gunung, dan tsunami. Letak geografis dan tipografis Indonesia untuk memiliki semua potensi bencana, keculai badai gurun dan badai salju karena Indonesia tidak memiliki salju dan gurun.

Diharapkan, pusat Pelatiaan Kebencanaan menjadi pusat penelitian yang unggul untuk mencapai ketangguhan bangsa dan masyarakat dalam mengelola bencana. Pusat pelatiaan ini menjadi pusat penelitian yang unggul dan menciptakan ketangguhan bangsa dan masyarakat dalam mengelola bencana.
Pusat Pelatiaan kebencanaan Unej ini berperan dalam melakukan kajian atas peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik. Merumuskan alternatif perbaikan apabila ada bencana serta melakukan kajian penaggulangan. Mengembangkan berbagai alternatif strategi dan model pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, serta rehabilitasi dan rekontruksi berbasis mayarakat.
Selain itu juga mengkaji nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam mengelola bencana untuk mewujudkan masyarakat yang sadar akan bencana. Menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan baik nasional maupun internasional dalam menaggulangi bencana.
Bencana yang terjadi di indonesia dari 2004-2008 telah mengakibatkan lebih dari 300 ribu korban jiwa. Pada tsunami Aceh-Nias pada Desember 2004 korban jiwa mencapai 165.708 jiwa, Gempa Jogjakarta pada Mei 2006 5.716 jiwa, tsunami Pengandaran pada Juli 2006 645 jiwa, banjir jakarta pada 2007mencapai 145.742 jiwa.
Sedangkan kerugian akibat bencana alam mencapai Rp 84,6 triliyun. Kerugian terbasar tsunami Aceh-Nias yang mencapai Rp 48 Triliyun, kedua gempa Jogjakarta kerugian mencapai Rp 29.1 triliyun, banjir Jakarta kerugianya Rp 5,2 triliun, tsunami Pangandaran Rp 1,3 triliun, dan banjir Bengawan Solo mencapai Rp 1triliun.(oby)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar